TAK CUKUP SATU KATA
Saat Anak Didik Curahkan Rasa
Seberapa jauhkah sudah kita selami hati anak didik kita? Terkadang betapa mudah diri ini menjudge tanpa tau apa yang dia rasa, apa yang dia harap.
Menjadi Pembina ekskul jurnalistik di sekolah membuatku belajar banyak hal. Hari ini kuajari anak binaan ku menyelami hati mereka, menuliskan kisah-kisah sedih mereka. Kuajari mereka cara lampiaskan rona hati dalam tulisan. Dan ternyata sungguh memukau apa yang mereka tuliskan. Rona hati mereka mulai terlukis di pada raut wajah mereka yang penuh sedih, bahkan ada yang meneteskan air mata.
Siswaku yang sudah ditinggal ayahnya ke rahmatullah menuliskan betapa rindunya ia pada sang ayah. Ah, kubayangkan jika ayahku yang pergi itu. Betapa pilu rasa ini.
Siswaku yang ayah dan ibunya berpisah. Betapa rindunya ia melihat keluarga mereka kembali utuh. Itulah sebab selama ini siswaku itu sering melamun. Siswaku yang ayahnya bekerja jauh merantau di negeri orang pun merasakan hal yang sama.
Siswaku yang amat ceria tapi ternyata menyimpan duka saat melihat ayahnya yang perokok mengkhianati janjinya. Janji untuk berhenti merokok itu ternyata dilanggar dan membuat siswaku diam2 menangis di kamarnya. Ia merasa dikhianati, dibohongi.
Bahkan siswaku yang sering terlambat datang ke sekolah, ternyata menganggap telat itu menjadi sebuah momok baginya. Rasa malu dan tak berdaya yang ia tuliskan di atas kertas membuat hatiku bergetar. Aku sang guru pengeksekusi anak terlambat ternyata membuatnya merasa tak berdaya. Walau senyum selalu ia hadiahkan untukku tapi ternyata 'hukuman' dan nasehat yang diberikan agar ia tepat waktu ternyata sering membuatnya pilu. Walau hukuman itu hanya berupa menyiram bunga, mengutip sampah atau membantu bersihkan sekolah tapi ternyata mengena di hati. Walau nasehat itu diberikan dengan lemah lembut, nada pelan, tapi ternyata membuat hati mengharu biru. Ah, aku merasa terharu. Walaupun masih saja terlambat, tapi jujur anak didikku yang satu ini sebenarnya mulai berubah. Proses yang dia alami itu lebih penting. Subhanallah..
Hari ini aku benar-benar belajar. Bahwa anak didik juga manusia. Yang tak cukup hanya dilabel dengan kata sedih, marah, kesal dan gembira. Namun ia lebih dari itu. Sedih yang sampai Gelisah, marah yang sampai ingin menyakiti diri, kesal yang bisa sampai bengal dan gembira sampai haru biru. Sungguh, satu kata tak cukup ungkapkan segalanya. Seandainya saja kita coba selami, maka tak cukup nasehat yang kita berikan. Mungkin juga pelukan dan usapan lembut di ubun-ubun mereka sambil berdoa, "Semoga Allah memberkahi usiamu dan mempermudah urusanmu duhai anak didikku.."
#sekolahjuara
#sharingforhappines
www.rumahzakat.org
Next
« Next Post
« Next Post
Previous
Prev Post »
Prev Post »
0 komentar