Inilah anak-anak spesialku. Ada yang Learning Disabilities, Retardasi
Mental ringan sampai IQ di bawah rata-rata. Walaupun kapasitas belajar
mereka terbatas, tapi mereka dikaruniai dengan perilaku yang membuatku
tertawa bahagia. Mereka hadir dengan semangat dan kekuatan walaupun
kapasitas mereka tak sehebat sahabat-sahabat di kelasnya. Mereka adalah
hadiah terindah di sekolah ini, sekolah untuk kaum dhuafa. Berasal dari keluarga
menengah ke bawah dengan kapasitas ilmu orangtuanya yang pas-pasan.
Setiap hari mereka menuju sekolah dengan membawa harapan dari orangtua
mereka.
Inilah mereka,
tertatih-tatih mengeja namun perlahan pada akhirnya Al-Quran kuhadiahkan
padanya. Standar baca tak bisa disamakan dengan anak normal lainnya.
Mereka spesial, maka standarnya kurikulumnya pun spesial. Seperti yang
pernah kupelajari di bangku kuliah, psikologi pendidikan. Maka IEP
kuterapkan pada mereka. Terengah-engah menghapal walaupun juz 30 tak
mampu semua ia kuasai. Tapi ternyata, berada diantara mereka, sungguh
nikmat rasanya..
Aku beruntung dipertemukan dengan mereka. Sulit di awal namun haru di akhir. Dari mereka, semakin lama aku semakin belajar berbagai cara untuk tabalkan huruf hijaiyah di dalam hati mereka. Karena mereka sudah di kelas tinggi namun masih kesulitan menuju bacaan Quran.
Semakin lama aku semakin yakin bahwa yang terpenting adalah menghargai proses yang tengah mereka lakukan walaupun terengah-engah mereka mengeja.
Semakin lama semakin teguh hatiku ajari mereka walaupun mungkin lebih banyak yang bisa kulakukan di kelas yang lebih tinggi. Tapi di sinilah aku belajar mengikhlaskan hati. Karena tak selamanya kita berada di menara adzan yang tinggi. Di sini pula aku belajar mentawadhu'kan hati. Karena tak selamanya posisi batu bata di ruang wudhu itu tak berarti. Sungguh, inilah lahan dakwahku. Inilah jihad utamaku. Aku rela jika karenaku Al-Quran ada di dada mereka. Demi masa depan mereka.. Bismillah..
#sharinghappiness
#sekolahjuara
www.rumahzakat.org
Aku beruntung dipertemukan dengan mereka. Sulit di awal namun haru di akhir. Dari mereka, semakin lama aku semakin belajar berbagai cara untuk tabalkan huruf hijaiyah di dalam hati mereka. Karena mereka sudah di kelas tinggi namun masih kesulitan menuju bacaan Quran.
Semakin lama aku semakin yakin bahwa yang terpenting adalah menghargai proses yang tengah mereka lakukan walaupun terengah-engah mereka mengeja.
Semakin lama semakin teguh hatiku ajari mereka walaupun mungkin lebih banyak yang bisa kulakukan di kelas yang lebih tinggi. Tapi di sinilah aku belajar mengikhlaskan hati. Karena tak selamanya kita berada di menara adzan yang tinggi. Di sini pula aku belajar mentawadhu'kan hati. Karena tak selamanya posisi batu bata di ruang wudhu itu tak berarti. Sungguh, inilah lahan dakwahku. Inilah jihad utamaku. Aku rela jika karenaku Al-Quran ada di dada mereka. Demi masa depan mereka.. Bismillah..
#sharinghappiness
#sekolahjuara
www.rumahzakat.org
0 komentar