![]() |
Foto Jihan dan Ibunya |
Medan, Kamis 8 November 2018 kegiatan home visit dilakukan. Kegiatan home visit ini dilakukan untuk melihat kebiasaan siswa di rumah. Terkadang kami menemukan siswa yang sangat baik sekali di sekolah ternyata memiliki kebiasaan buruk di rumah. Hal ini semua dapat diketahui saat berkunjung ke rumah siswa. Saat guru berkunjung ke rumah siswa orang tua lebih leluasa bercerita tentang kondisi anaknya. Kalau di sekolah malu dan banyak alasan lainnya.
Rumah pertama yang dikunjungi adalah rumah Umairah Afifah Jihan Fatiha. Siswa kelas 5 yang akrab dipanggil Jihan. Saat tiba kami disambut dengan hangat oleh ibu dan neneknya. Yah hanya 2 wanita tersebut yang menyambut. Karena ayah Jihan sudah lama meninggal karena sakit.
Hasil dialog dengan ibunya. Jihan merupakan anak yang senang minta dimanja. Tapi sikapnya itu dipicu karena dia anak bungsu dari 3 bersaudara. Walau Jihan senang bermanja - manja dengan ibunya. Dia anak yang mandiri. Semua keperluannya untuk berangkat sekolah dia bereskan sendiri. Kegiatan pagi harinya dia selesaikan sendiri. Jihan dan ibunya sangat disiplin selama dikelas 5 ini sekalipun dia tak pernah terlambat kesekolah. Hanya saja Jihan suka bawel. Cerewetnya ampun kata ibunya.
Memang begitulah Jihan sehari - hari bawel. Kadang terkesan kurang sopan. Itulah perlu dicarikan solusi untuk bawelnya. Jihan diminta untuk mengurangi kebawelannya dengan berkata lebih lembut. Ibunya juga sering mengingatkan dia juga. Tapi selama di kelas 5 ini tingkat kebawelannya sedikit berkurang.
Sebenarnya bawelnya itu dikarenakan Jihan memang memiliki kecerdasan bahasa yang sangat baik. Jihan memiliki bakat mendongeng dan membaca puisi. Jihan anak yang cerdas dan juga rajin sekali di sekolah. Azan Ashar berkumandang kami pamit. Untuk melanjutkan perjalanan ke rumah Nanda setelah sholat Ashar.
![]() |
Foto Ihsan bersama Ibu dan Ayahnya |
Ikhsan Dwan Ananda nama lengkapnya. Lebih dikenal dengan panggilan Nanda. Siswa kelas 5 ini dikenal dengan anak yang rajin, sholeh, dan berakhlak baik. Pribadi yang menyenangkan jika disekolah.
Nanda anak kedua dari 3 bersaudara. Ayah bekerja sebagai cleaning service dan ibunya mengambil upah mencuci dan menggosok dari tetangga sekitaran rumahnya. Mereka keluarga yang beruntung mereka tinggal di rumah mewah milik bos ayannya Nanda. Mereka disuruh mengurus rumah itu. Hingga ada yang membeli rumah tersebut. Setiap saat mereka bersiap - siap digusur ketika rumah tersebut terjual.
Nanda yang terkenal pribadi yang menyenangkan di sekolah ternyata berbanding terbalik dengan hasil wawancara dengan orang tuanya. Ayah dan ibunya mengeluhkan Nanda anak yang baik cuma saja sedikit pemalas. Dirumah dia seperti raja. Semua pekerjaan rumah dikerjakan ibu dan kakaknya. Jika diperintah oleh ibunya Nanda sering membantah. Sedikit terkejut. Karena beda sekali dengan Nanda di sekolah.
Kemudia terjadi diskusi dengan orang tuanya. Akhirnya Nanda diberi tugas harian dirumah. Menyapu halaman, menutup jendela dan menyiram tanaman. Itulah tugas yang diberikan untuk Nanda. Untuk orang tuanya disarankan agar menjadi orang tua yang TEGA (S). Jika anak mengulah maka lakukan tindakan sedikit bicara. Sedangkan saat anak melakukan kebaikan maka banyaklah berbicara kebaikan untuknya. Berikan pujian yang banyak dan tentunya doa yang panjang untuk anaknya. Banyak lagi petuah - petuah hebat yag diberikan untuk orang tua Nanda. Nanda juga berjanji akan berubah menjadi lebih baik. Kerja sama akan dilakukan. Ayahnya akan membuat laporan tentang pelaksanaan tugas harian kepada gurunya. Itulah bentuk kerja sama yang bisa dilakukan untuk Nanda anak hebat yang masih suka manja.
Pagi ini ayahnya menyampaikan testimoni melalui pesan singkat. Alhamdulillah sekarang Nanda bangun paginya mudah. Tidak ada marah - marah lagi kami pak. Semoga usaha kita berbuah manis untuk Nanda pak. Nanda jadi anak sholeh doaku diakhir pesan balasanku.
Itulah pentingnya home visit untuk menyatukan suhu antara dirumah dan di sekolah. Anak bisa baik di sekolah karena dia butuh pengakuan dari guru dan teman - temannya. Beda dengan dirumahnya yang anak tak perlu pengakuan dari orang tuanya. Kerja sama antara sekolah dan orang tua itu kudu bin wajib. Kalau salah satunya saja bisa timpang. Akhirnya tujuan pendidikan tidak tercapai. Semoga Jihan dan Nanda semakin baik kedepannya. Aamiin
0 komentar