Kamis (26/04) adalah hari pertama anak-anak mencoba menambah hapalan Al-Quran mereka melalui tulisan latin. Penyebabnya, sudah berminggu bahkan berbulan mereka menghapal sebuah surah namun tak tuntas. Mereka hapal sebatas apa yang didengar maka wajar hapalannya centang prenang. Metode talaqqi yang selama ini diyakini mampu mengupgrade kemampuan hapalan mereka ternyata tidak terlalu ampuh. Waktu yang tersedia tak mampu memback up mereka menambah hapalan. Hanya satu jam dalam seminggu saja waktu tersedia untuk menambah hapalan. Apalagi anak-anak spesial ini belum bisa membaca Al-Quran. Maka wajar saja jika mereka tidak mampu menghabiskan waktu untuk menghapal sendiri.
Siswa-siswi ini memang belum bisa membaca Al-Quran, namun ternyata jago membaca latin. Maka dicobakan sebuah metode baru. Guru menuliskan hapalan surah mereka dengan bahasa latin. Tak asal menulis, namun dengan huruf yang berukuran besar dan berwarna-warni. Tulisan itu kemudian dicopy dan diletakkan dalam buku masing-masing anak.
Tanpa terasa, dalam hitungan menit mulai ada anak yang setor hapalan. Tita panggilannya. Hanya 5 menit dia sudah hapal, padahal sebelumnya sebulan lebih tak pernah lulus setoran. Berikutnya menyusul Izza Fathoni menyetorkan hapalan surah Al-Kafirun pun lanjut ke hapalan Surah Al-Kautsar. Tak berapa lama Rian juga ikut menyusul dengan Hapalan Al-Ma'un. Subhanallah, berdetak kagum melihat semangat anak-anak tipe visual ini menghapal. Di sela-sela bel akhir berbunyi, Fahmi pun ikut menyusul kesuksesan teman-temannya. Sebagai apresiasi, anak-anak ini dihadiahi buku tulis. Sederhana memang, namun saat setitik kemajuan dihargai, maka petik semangat akan terus meluap.
Hari ini adalah moment gaya belajar anak ditemukan. Bagaikan menemukan harta Karun untuk membangun sebuah peradaban Rabbani dalam jiwa generasi penerus bangsa. Metode ini akan terus dilanjutkan sampai tiba masanya anak-anak mampu baca Al-Quran. Saat itu mereka akan langsung menghapalkan mushafnya, tak lagi menghapal tulisan latin gurunya. Semangat ya Nak..
0 komentar