
"Biarlah dia ga lanjut sekolah, wong anaknya yang ga mau sekolah. Ya kita ga bisa bilang apa-apa." Ujar seorang ibu-ibu.
"Katanya pening belajar di sekolahan. Cemanalah ya kan? Mending cari kerjaan atau nikah sekalian." Tambah ibu-ibu yang lain.
Begitulah komentar yang kerap terlontar dari mulut emak-emak. Dan ternyata emak-emak yang begitu masih banyak di negeriku. Tak perlu jauh-jauh ke Indonesia Timur, di sekitarku saja masih ada yang berpikiran begitu. Dan pikiran seperti itu memang banyak muncul dari orang-orang yang belum mengecap pendidikan sampai ke tulang sumsum. Mereka baru mengecap pendidikan tingkat dasar saja. Kalaupun tanahnya berantai-rantai, emasnya satu gerobak tapi urusan pendidikan anak tersia, pada akhirnya semua akan sirna.
Sungguh, belajar memang tak mudah. Karena belajar butuh waktu, tenaga dan biaya. Tapi tanpa modal ikhtiyar, semua akan terbuang percuma. Dan di dunia ini, tidak ada satu orang pun yang mengecap pendidikan dengan gampang. Harus ada pengorbanan, harus ada jatuh bangunnya.
Ada yang kesana kemari mencari beasiswa. Ada yang harus hidup di kos-kosan. Ada yang sampai opname di rumah sakit. Bahkan sampai jalan kaki dan mencari tambahan biaya demi kuliah. Dan mungkin banyak lagi kisah mengerikan tentang pendidikan untuk menggapai angan. Itu semua bukanlah hal mudah. Karena pendidikan itu dapat menaikkan derajat, maka pastilah untuk menggapainya tak semudah membalikkan telapak tangan. Karena membuat pendidikan sampai meresap ke tulang sum-sum itu butuh kesabaran dan kegigihan. Namun ketika kita bisa menggapainya, akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan. Bagaimana kita mencari rezeki dan memandang sesuatu. Bagaimana kita memanajemen sesuatu dan mengelola kehidupan kita. Dan itu semua adalah esensi dari pendidikan, membuat hidup lebih mudah. Yuk, belajar




0 komentar